Rabu, 18 Maret 2015

rangkaian carger hp

Rangkaian ini untuk keluaran dari regulator 5 volt sehingga tegangan yang keluar benar-benar bersih dari gelombang tripple yang kurang bagus.
Perhatikan rangkaian pertama ini.

X1-1 ~ X1-4 (input USB female) sebagai tegangan input 5 volt, disambungkan dengan rangkaian powerbank. X2-1 ~ X2-2 bisa disambungkan langsung ke battery li-ion hp.

List komponen:
R1 : 1 K
R2 : 330 R
R3 : 4K7
R4 : 300 R
R5 : 27R
D1 : 4.7 volt zener /1W
C1 : 100uF/16V
Q1 : BC548
Q2 : BC558A
LED1 : Green Led
X1-1   : Vcc USB
X1-4   : Ground USB
X2-1 , X2-2 : ke baterai ponsel/ hp. Rangkaian bisa dimofifikasi menggunakan rangkaian berbasis IC OP-AMP LM358N, dikenal sebagai IC linier.

Keunggulan rangkaian charger HP menggunakan LM358N adalah:

Pen-charger-an bisa menggunakan konektor mini USB
Terdapat tiga LED indikator sebagai petunjuk pengoperasian
Rangkaian sederhana namun komplek seperti halnya mikro kontroller berkat IC OP-AMP dan resistor.
Arus charging maksimal sebesar 500mA
Perhatikan rangkaian di bawah ini yang telah di revisi dan telah dilakukan pengujian.



Tambahan alternatif rangkaian menggunakan TL431 yang bisa digunakan untuk charger battery li-ion 18650







Selamat berkarya!
Sumber
Pi http://ihsanelectro.blogspot.com/ pi

Minggu, 08 Februari 2015

neon 12 volt


Lampu neon selalu membutuhkan tegangan AC yang cukup tinggi untuk menyalakannya, sehingga lampu neon identik dengan penerangan system AC tegangan tinggi.  Berikut adalah rangkaian elektronik untuk menyalakan sebuah lampu neon TL 10W dengan sumber DC 12V. Rangkaian yang mirip yang pernah populer di majalah Elektron, 08 th 2 – 1978, hanya saja di sini ada beberapa perbedaan, yaitu jumlah gulungan trafo dan penambahan resistor pada emitor transistornya.



Rangkaian pada dasarnya adalah sebuah osilator-sinus pada range frekwensi ultrasonik dengan 1 transistor. R1 memberikan tegangan bias untuk transistor T1 yang menentukan titik kerja transistor.  Ketika tegangan supply diberikan transistor mulai menghasilkan ½ belahan gelombang dan diinduksikan melalui gulungan A – B.  Gulungan B – C memungut gelombang yang diinduksikan ini untuk diumpankan ke basis T1 tapi dengan fasa yang berlawanan sebesar 180 derajat (karena arah gulungan berlawanan dengan gulungan A – B).
Gelombang ini di umpankan melalui R1 dan C1.  Bagi gelombang/sinyal AC, C1 hanya mempunyai resistansi yang kecil saja, sedangkan bagi tegangan DC C1 bersifat menyekat.  Dengan adanya C1 transistor lebih mudah untuk start ber-osilasi.  Tegangan DC pada titik C diberikan ke basis T1 sebagai tegangan bias dengan dibatasi oleh nilai hambatan R1 saja.
Gelombang ½ putaran yang diberikan ke basis T1 (ketika mulai start) kemudian dikuat kan oleh transistor dan muncul di kolektornya dengan fasa yang berlawanan, dan seterusnya hingga pada gulungan A - B muncul tegangan bolak-balik/AC.  Tegangan gelombang AC yang dihasilkan pada gulungan A – B juga diinduksikan ke gulungan C - D dan D – E.  Secara keseluruhan, dari A sampai E akan terbit tegangan AC sebesar :

(nA-E / nA-B) x VsA-B

Di mana nA – E = jumlah gulungan dari A ke E, nA – B = jumlah gulungan dari A ke B, VsA – B = besar tegangan gelombang pada gulungan A – B.
Tegangan dari titik A – E ini merupakan tegangan yang akan menyalakan neon.
Tegangan gelombang yang muncul pada gulungan D – E dipungut untuk diberikan ke salah satu heater neon, supaya neon bisa start menyala.

Daftar komponen :
R1 = 1k
R2 = 0,47Ω
C1 = 223
C2 = 47uF/16V
D1 = 1N4002
T1 = C1061/D313

Trf1 adalah trafo kecil berinti ferit "E" yang memang khusus untuk penggunaan pada rangkaian-rangkaian frekwensi tinggi.  Untuk Trf 1 bisa dibuat dari trafo komponen dalam bekas lampu PLC (lampu PL China) yang sudah mati.  Trafo feritnya dicabut, dibuang gulungan aslinya dan digulung ulang sesuai keterangan gambar.
Gulunglah dengan kawat email 0,25mm (kurang atau lebih) dari A ke B sebanyak 40 lilitan, lalu juntaikan sedikit kawat emailnya, inilah titik sambungan B.  Dari kawat ini sambungkan dengan kawat email yang lebih kecil (dipilin dan disolder hingga tersambung) bisa dengan kawat bekas aslinya jika masih bagus, lalu gulung dengan arah yang sama dengan gulungan sebelumnya sebanyak 19 lilitan, juntaikan dan inilah titik sambungan C.
Lanjutkan dengan menggulung dengan arah yang sama sebanyak 95 lilitan dan buat titik sambungan D. Lanjutkan sebanyak 12 lilitan dan buatlah titik sambungan terakhir, yaitu D.

Transistor T1 harus diberi keping pendingin yang cukup, karena dilalui arus cukup besar untuk ukurannya (sekitar 1 Ampere).


Sumber: Sandi sb

lampu neon


Lampu neon atau Fluorescent lamp adalah jenis lampu yang memanfaatkan perpendaran cahaya dari fosfor karena adanya radiasi ultraviolet dari uap/gas mercury (mercury vapor) yang teraliri energy listrik.
Mercury vapor sering disebut orang dengan “gas neon”, karena itu lampu yang menggunakannya juga disebut “lampu neon”.
Lampu neon memerlukan tegangan AC tinggi untuk penyalaannya, karena itu lampu ini selalu identik sebagai lampu AC tegangan tinggi.  Ia tidak bisa diterapkan pada system supply DC tegangan rendah.  Jika lampu neon hendak dioperasikan dengan supply DC tegangan rendah, ia harus didahului dengan sebuah unit konverter/perubah penaik tegangan.
Contoh tentang konverter untuk lampu neon yang bisa dibuat sendiri dapat diikuti pada Proye praktek elektronika : Neon 12V

Lampu neon atau Fluorescent lamp terdiri dari tabung kaca yang pada permukaan bagian dalamnya dilapisi fosfor dan tabung diisi dengan uap/gas mercury bercampur argon.  Pada tiap ujung tabung diberi sambungan elektroda untuk mengaliri aliran listrik.  Jika diberi aliran listrik partikel-partikel gas akan bereaksi oleh pengaruh muatan-muatan listrik hingga menyebabkan terjadinya radiasi sinar ultra-violet.  Radiasi ultra-violet ini kemudian akan menyebabkan lapisan fosfor pada dinding bagian dalam tabung memendarkan cahaya yang terang yang nyata terlihat oleh mata.
Untuk memperoleh state awal terjadinya radiasi, partikel-partikel gas di dalam tabung perlu untuk dipanaskan.  Itulah sebabnya pada setiap ujung tabung terdapat dua sambungan elektroda, di mana di antara dua elektroda ini terdapat filamen pemanas (heater) yang terpasang di dalam tabung.  Pada heater ini diberikan tegangan kecil agar heater bisa memanaskan.



TL dan PL
Orang sering menyebutkan “ini lampu TL” atau “itu lampu PL”...
Apakah sebenarnya TL dan PL itu?

TL adalah singkatan dari Tube Luminescent.  TL adalah lampu neon dengan tabung memanjang.  Lampu-lampu TL lebih umum menerapkan system trafo ballast dan starter untuk penyalaannya.
Sebetulnya istilah TL ( Tube Luminescent ) adalah dalam bahasa Belanda, bukan dari bahasa Inggris.  Lampu tabung neon memang banyak dikembangkan oleh perusahaan raksasa yang berasal dari Belanda, yaitu Philips.  Perusahaan Philips juga telah menjadi salah satu perusahaan yang banyak memproduksi lampu-lampu neon inovatif yang tersebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Pada tahun 1981 Philips membuat inovasi barunya dalam produksi lampu neon, yaitu dengan diluncurkannya produk berlabel “PL“ neon.

PL adalah singkatan dari Philips Luminescent.  Di masa-masa awal peredarannya lampu ini dikenal orang dengan sebutan lampu Philips.
PL adalah generasi awal lampu neon modern yang dikategorikan sebagai lampu CFL ( Compact Fluorescent Lamp ).
Pada perekembangannya, CFL lebih banyak menerapkan rangkaian elektronik khusus untuk mengemudikan penyalaan lampu, sering disebut dengan electronic ballast.

Sejak beredarnya lampu PL produk Philips di seluruh dunia (termasuk di Indonesia), maka mulailah ada penyebutan untuk lampu neon yang bukan tabung memanjang dengan sebutan lampu PL neon.
Bahkan hingga hari ini di Indonesia banyak orang masih menyebut lampu PL untuk segala lampu neon yang bukan tabung memanjang, meskipun merknya bukan lagi Philips.  Setelah lampu PL, perusahaan Philips kemudian mengeluarkan lagi produk lampu CFL lanjutan yang menggantikan lampu PL, yaitu lampu yang diberi label Philips “SL”.

CFL, lampu generasi baru yang hemat energi
Lampu CFL terus dikembangkan dan kini telah banyak diproduksi oleh berbagai perusahaan di dunia.  Bentuk-bentuk lampu CFL pun semakin bervariasi, berikut di antaranya :



Lampu CFL banyak dipromosikan oleh para ahli energi untuk digunakan menggantikan lampu bohlam dengan kawat pijar ( incandescent lamp ).  Promosi-promosi itu bukan karena para ahli energi sedang berjualan produk lampu CFL tertentu, akan tetapi hal ini karena secara umum lampu CFL memang mempunyai efisiensi yang tinggi, irit energi.  Menggunakan lampu CFL bisa tiga hingga lima kali lebih hemat daya daripada menggunakan lampu bohlam kawat pijar untuk menghasilkan kuat cahaya yang sama.
Bagi banyak orang tentu memang suatu kemudahan dengan adanya lampu CFL ini, dan banyak orang menyukai pula cahaya terang yang dihasilkannya.  Namun ternyata tidak demikian bagi para tukang ikan basah yang berdagang malam di pasar-pasar tradisional.  Mereka enggan menggunakan lampu CFL, konon jika diterangi dengan lampu neon ikan-ikan dagangan mereka akan terlihat pucat dan menjadi tampak tidak segar.

Sumber: Sandi sb

dokter lampu (2)

Lanjutan dari : Dokter Lampu (1).
Pada rangkaian ballast elektronik dari merk-merk tertentu, elco tegangan tingginya hanya ada satu.
Biasanya elco ini malah jarang rusak karena mempunyai kwalitas yang
baik dan dalam pola rangkaiannya elco yang hanya satu ini juga tidak dibebani sebagai bagian pelulus sinyal keluaran osilator.  Kerusakan lampu yang seperti ini justeru lebih sering terjadi karena putusnya heater pada tabung lampu.  Namun tetap saja tidak tertutup kemungkinan elco tegangan tingginya rusak.
Ketika elco tegangan tinggi lampu yang seperti ini telah rusak,nyala lampu sudah tidak bisa stabil lagi hingga akhirnya tidak bisa menyala sama-sekali.



Pada gambar di atas tampak elco tegangan tinggi 2,2uF/250V.  Keterangan tulisan pada gambar itu diralat, yang benar adalah : 2,2uF/400V.
Elco ini mungkin saja rusak, karena itu apabila ada keraguan lebih baik di-check saja.
Kerusakan elco pada skema rangkaian yang sejenis ini seringkali tidak ditandai dengan bentuk fisik elco yang menggembung, semuanya tampak baik-baik saja.  Setelah dilakukan pengecekan terhadap elco barulah diketahui bahwa sebetulnya elco tersebut sudah rusak.

Kerusakan juga bisa terjadi pada kedua transistor ”13001”.
Apabila tabung lampu bagus, elco tegangan tinggi juga masih bagus, maka kemungkinan besar kedua transistornya yang rusak.
Jika kerusakan sudah merambah kepada tingkat ini, biasanya orang ”malas” untuk meneruskan memperbaiki rangkaian ballast karena dipandang terlalu merepotkan dan tidak ekonomis.  Akan tetapi di sini tetap dipaparkan langkah-langkah perbaikannya meskipun pelaksanaannya adalah terserah kepada anda.
Transistor yang rusak parah akan tampak hangus atau pecah.   Jika terjadi kerusakan seperti ini, selain kedua transistor keempat dioda 1N4007 juga biasanya ikut rusak.  Gantilah kedua transistor dan check-lah dioda-dioda, yang rusak diganti dengan yang baik (tentang pengecekan dioda lihat dalam ”AVO Meter Dan Penggunaannya : Pengetesan Dioda”).  Elco 2,2uF/50V juga sebaiknya diganti.

Ada kalanya transistor rusak tanpa terlihat hangus atau pecah.  Pengecekan transistor perlu dilakukan dengan mencabutnya terlebih dahulu dari rangkaian (tentang pengecekan transistor lihat dalam ”AVO Meter Dan Penggunaannya : Pengetesan Transistor”).  Yang rusak diganti dan yang masih baik dikembalikan ke rangkaian.
Yang perlu diperhatikan adalah susunan kaki-kaki transistor 13001.  Perhatikanlah gambar berikut :



Biasanya transistor type ini mempunyai susunan kaki e-b-c seperti terlihat pada gambar no.1.  Namun seringkali ditemukan susunan kakinya c-b-e seperti pada gambar no.2, dan seringkali juga ditemukan susunan kakinya e-c-b seperti pada gambar no.3.  Tampaknya transistor 13001 yang terpasang di lampu-lampu CFL (terutama yang buatan China) tidak mempunyai standard pola kaki yang pasti, ataukah transistor-transistor itu memang dibuat oleh produsennya seenak-enaknya saja menurut masing-masing selera...
Jika hendak mengganti transistor, pastikan apakah pola kaki transistor pengganti memang sama dengan pola kaki transistor yang diganti.  Jika tidak sama, posisikan transistor pengganti sedemikian rupa sehingga tetap tidak terjadi kekeliruan penempatan basis, emitor atau kolektornya.  Dalam hal ini perlu melihat kepada skema rangkaian, manakah yang tersambung ke basis, ke emitor, atau ke kolektor.

Dan kemungkinan terakhir kerusakan komponen pada rangkaian ballast elektronik adalah rusaknya kondensator antara dua heater.  Nilainya antara 102 (1nF) hingga 272 (2,7nF) dengan tegangan 400V.
Pada contoh skema di atas kondensator tersebut bernilai 222/400V.
Apabila semua komponen di-check masih baik tetapi lampu tidak menyala, checklah kondensator ini dengan AVO meter pada posisi Ohm x100k.

Sumber: Sandi sb

dokter lampu (1)

Tentu cukup menjengkelkan apabila lampu CFL neon yang belum lama dibeli ternyata sudah rusak, apalagi jika ini berkali-kali terjadi.  Bagi banyak orang tentu mudah saja untuk membuangnya dan menggantinya lagi dengan yang baru.  Namun bagi orang yang suka ”utak-atik” ini merupakan sebuah tantangan, yaitu tantangan untuk menjadi seorang ”dokter lampu”.
Bagaimanakah agar kita bisa menjadi dokter lampu sehingga lampu-lampu yang rusak bisa diperbaiki dan kembali normal?
Berikut ulasannya.

Hampir semua lampu CFL yang banyak beredar sekarang ini selalu dilengkapi dengan rangkaian ballast elektronik untuk penyalaannya.  Karena itu dalam lampu CFL ada dua bagian utama yang perlu dikenali, yaitu bagian tabung lampu (neon tube) dan rangkaian ballast elektronik (electronic ballast).
Kerusakan pada lampu CFL bisa terjadi karena adanya kerusakan pada tabung lampu, atau bisa juga karena kerusakan pada bagian ballast elektroniknya.

Kerusakan pada tabung lampu
Umumnya kerusakan tabung lampu terjadi karena retak (pecah), atau putusnya heater.  Kerusakan akibat retak atau pecah akan bisa terlihat oleh mata, namun tidak demikian jika kerusakannya adalah putusnya heater, memerlukan pengecekan khusus untuk bisa mengetahuinya.
Tabung lampu atau neon tube mempunyai 4 sambungan (elektroda) yang berbentuk empat kawat yang keluar dari ujung-ujungnya.  Pada setiap ujung tabung ada dua kawat yang terhubung dengan elemen heater di dalam tabung.
Jadi, dalam satu tabung lampu ada dua elemen heater yang terdapat di dalamnya.  Jika salah satu elemen heater ini putus, lampu tidak akan menyala meskipun rangkaian ballast elektroniknya bagus.
Untuk mengetahui apakah kedua heater masih baik atau sudah putus, perlu di-check kedua heater sebagaimana tampak pada gambar :



Dengan menggunakan Ohm x1 kedua sambungan heater di-check.Jarum AVO meter akan bergerak jika heaternya belum putus.  Jika putus, jarum AVO meter tidak akan bergerak.
Mengadakan pengecekan terhadap heater ini tidak perlu melepaskan tabung lampu dari rangkaian ballast elektroniknya.  Langsung saja dalam keadaan tabung lampu masih tersambung.
Apabila tabung lampu tidak rusak (kedua heaternya masih bersambung), pengecekan dilakukan ke tahap berikutnya, yaitu memeriksa rangkaian ballast elektronik.  Apabila ternyata tabung lampu memang rusak, barulah dilakukan pemisahan dari rangkaian ballast elektronik dan dilakukan penggantian tabung lampu.
Para dokter lampu profesional biasanya mempunyai stock tabung lampu cabutan dari berbagai merk dengan besar daya (watt) yang bermacam-macam.  Tabung lampu cabutan ini biasanya diperoleh dari lampu-lampu yang masih baik tabungnya tapi ballast elektroniknya sudah rusak parah sehingga sangat sulit diperbaiki, apakah itu dikarenakan rusak ataukah memang barang ”reject” yang didapatkan dari pabrik/produsen perakit lampu.  Tabung lampu inilah yang kemudian digunakan untuk penggantian yang rusak.
Bagi anda yang bukan dokter lampu profesional mau tidak mau tetap harus seperti itu juga, sebab tabung lampu CFL dengan besar daya yang bermacam-macam tidak ada dijual di pasaran.  Paling tidak, anda mempunyai beberapa tabung lampu yang masih baik dari lampu-lampu yang sudah rusak.

Penggantian tabung lampu tidak boleh melenceng dari besaran daya lampu.  Jika lampu yang rusak adalah CFL 10W, tidak boleh diberi tabung lampu 15W atau yang lebih besar lagi dari itu.  Ini bisa menyebabkan rangkaian ballast terbebani lebih (overload) lalu menjadi rusak.  Penggantian tabung lampu dengan daya yang lebih kecil juga tidak bisa, sebab akan menyebabkan tabung lampu tersuplai tegangan yang berlebihan sehingga tabung bisa menjadi rusak.
Karena itu sebaiknya ditandai, berapa watt-kah setiap tabung lampu yang anda simpan.

Kerusakan pada rangkaian ballast elektronik
Pada dasarnya rangkaian ballast elektronik adalah osilator frekwensi tinggi (ultrasonic) yang menghasilkan keluaran dalam besaran daya tertentu yang disesuaikan dengan keperluan konsumsi daya tabung lampu.
Kerusakan yang sering terjadi adalah keringnya elco tegangan tinggi yang berfungsi sebagai tapis pada bagian power supply-nya.  Perhatikan contoh skema rangkaian berikut :



Pada contoh skema di atas elco 3,3uF/250V (kadang-kadang nilainya 2,2uF/250V) adalah elco tegangan tinggi yang seringkali rusak.  Salah satunya atau kedua-duanya dari elco tersebut jika rusak akan menyebabkan lampu tidak menyala atau kadang hanya berkedip-kedip.  Ciri dari kerusakan elco ini bisa dilihat secara fisik, yaitu menggembung di bagian atasnya atau bahkan pecah karena telah meledak.
Apabila secara fisik tampak tidak bermasalah, akan lebih meyakinkan jika kedua elco tersebut dicabut dari rangkaian untuk di-check satu persatu dengan AVO meter.
Tentang pengecekan kondensator dengan AVO meter lihat dalam AVO meter dan penggunaannya : Pengetesan Kondensator .
Jika ada elco yang masih baik maka dikembalikan ke tempatnya semula, jika ada yang rusak maka diganti dengan yang baik.  Hati-hatilah dalam memasang elco ke rangkaian, jangan sampai terjadi kesalahan penempatan kaki-kaki elco.  Perhatikanlah polaritas + dan – dari elco.
Setiap kali hendak menutup casing lampu, check dengan seksama kawat-kawat sambungan antara tabung lampu dengan rangkaian ballast jangan sampai ada yang saling menempel.

Sumber: Sandi sb

pengetesan transistor (2)

Sebenarnya ketika sebuah transistor di-check dengan AVO meter, transistor tersebut diberi tegangan DC kecil melalui AVO meter.  Tegangan yang diberikan itu melalui resistor-resistor dalam pembatas skala pengukuran dan melalui moving-coil (meter penunjukkan pengukuran).
Yang terlihat pada jarum penunjukkan pengukuran adalah respon bagian transistor tertentu (yang sedang di-check) ketika diberikan tegangan dengan polaritas tertentu (positif atau negatif).   Tuas tester hitam merupakan bagian pemberi tegangan positif ketika terjadi pengetesan dan tuas tester merah berperan sebagai negatifnya atau ground-nya.  Sumber tegangan yang diberikan kepada transistor berasal dari baterai yang terdapat di dalam AVO meter.

Setelah mengikuti langkah-langkah pengecekan transistor PNP pada ulasan Men-check transistor yang masih baik atau yang sudah rusak (1) .
maka berikut adalah langkah-langkah pengecekan transistor NPN dengan AVO meter.
Menggunakan AVO meter untuk melakukan pengetesan-pengetesan termasuk pengetesan transistor ini memang selalu menggunakan posisi pengukuran Ohm.

Tentukan kaki-kaki (elektroda) transistor sesuai dengan model/type-nya masing-masing, manakah yang basis (b), manakah yang kolektor (c) dan manakah yang emitor (e).  Untuk membantu dalam langkah-langkah ini, silahkan lihat dalam ulasan Pengenalan komponen/parts elektronik : Transistor Bipolar .

Taruh selektor AVO meter pada posisi pengukuran Ohm (yang mana saja, dari X1...X1k).
Lakukan pengecekan sebagai berikut :

Test 1, Basis (b) diberi tuas tester hitam dan emitor (e) diberi tuas tester merah.
Basis (b) diberi tuas tester hitam dan kolektor (c) diberi tuas tester merah.
Pada dua pengecekan ini jarum AVO meter (tester) harus bergerak, jika tidak bergerak maka berarti transistor telah rusak.

Test 2, posisi tester dibalik (lihat gambar di atas), yaitu basis (b) diberi tuas tester merah dan emitor diberi tuas tester hitam.  Dan basis (b) diberi tuas tester merah dan kolektor (c) diberi tuas tester hitam.
Pada dua pengecekan ini jarum AVO meter tidak boleh bergerak, jika bergerak berarti transistor telah rusak.

Test 3, kolektor diberi tuas tester merah dan emitor diberi tuas tester hitam.  Dan kolektor diberi tuas tester hitam dan emitor diberi tuas tester merah.
Pada dua pengecekan ini jarum AVO meter tidak boleh bergerak, jika ada yang bergerak berarti transistor telah rusak.

Dari pengetesan-pengetesan itu didapatkan tabel kesimpulan sebagai berikut :



Dalam kasus-kasus tertentu, hasil pengecekan trasnsistor adakalanya agak melenceng dari kriteria yang telah dikemukakan di atas.
Contohnya adalah ketika melakukan pengecekan transistor NPN germanium produk lama (misalnya : AC127,AD161,dll.) dengan selektor AVO meter pada Ohm X1k atau X10k.
Posisi tuas merah pada basis dan tuas hitam pada emitor atau kolektor tetap menghasilkan gerakan jarum tester meskipun tidak banyak.  Ini bukanlah pertanda transistor yang rusak, akan tetapi ini adalah hal yang wajar pada transistor-transistor germanium.  Karena itu lebih baik melakukan pengecekan dengan AVO meter pada skala Ohm X1.
Dan beberapa model transistor NPN adalah transistor-transistor khusus yang hasil pengetesannya tidak bisa menggunakan tabel seperti yang dikemukakan di atas. Transistor-transistor itu misalnya transistor output horizontal yang digunakan pada rangkaian televisi.
Pada transistor output horizontal terdapat resistor tambahan secara built-in di antara basis dan emitornya.  Dan pada kolektor-emitornya terdapat dioda dumper yang juga terkoneksi secara built-in. Diperlukan pemahaman tersendiri dan pengalaman untuk bisa menyimpulkan dengan benar hasil dari pengetesan transistor yang seperti ini.
Jika seseorang sudah terbiasa melakukan pengetesan-pengetesan dari berbagai macam transistor dan semakin memahami seluk beluknya, nanti ia akan mudah menyimpulkan dengan benar rusak atau tidaknya sebuah transistor walaupun masih terpasang di dalam rangkaian.


Sumber: Sandi Sb

pengetesan transistor (1)

Transistor yang masih baik atau yang sudah rusak bisa dicheck (dibedakan) secara langsung dengan menggunakan AVO meter.
Pengecekan transistor dengan AVO meter ini berlaku untuk semua transistor bipolar, kecuali transistor-transistor khusus.
Para praktisi atau para tekhnisi elektronik yang berpengalaman sudah terbiasa melakukan pengecekan transistor yang bahkan masih terpasang di dalam rangkaian elektronik.  Akan tetapi bagi yang tidak terbiasa dengan hal seperti itu sebaiknya dilakukan pengecekan transistor yang tidak terpasang di dalam rangkaian elektronik untuk menghindari kesalahan dalam menyimpulkan.

Pengecekan transistor dilakukan dengan memanfaatkan fungsi pengukuran Ohm dari AVO meter.  Pada dasarnya pengecekan transistor adalah sama dengan pengecekan dioda, karena sebuah transistor ketika dilakukan pengecekan dengan Ohm-meter bisa dipandang sebagai rangkaian dua dioda seperti berikut :



Karena pengecekan meman- faatkan fungsi pengukuran Ohm dari AVO meter, maka itu sebagaimana ketika melakukan pengukuran Ohm (terutama Ohm yang bernilai tinggi), sentuhan langsung tangan kepada kedua ujung tuas tester perlu dihindari.  Jika hanya satu bagian dari tuas tester yang tersentuh tangan masih bisa dimaklumi.
Berikut adalah langkah-langkah pengecekan transistor :

Tentukan jenis transistor yang hendak di-check, apakah ia jenis PNP atau NPN.
Tentukan kaki-kaki (elektroda) transistor sesuai dengan model/type-nya masing-masing, manakah yang basis (b), manakah yang kolektor (c) dan manakah yang emitor (e) (Untuk membantu dalam langkah-langkah ini, silahkan lihat dalam ulasan “Pengenalan komponen/parts elektronik : Transistor bipolar”).
Taruh selektor AVO meter pada posisi pengukuran Ohm (yang mana saja, dari X1...X1k).
Untuk transistor PNP, lakukan pengecekan sebagai berikut :

Test 1, Basis (b) diberi tuas tester merah dan emitor (e) diberi tuas tester hitam.
Basis (b) diberi tuas tester merah dan kolektor (c) diberi tuas tester hitam.
Pada dua pengecekan ini jarum AVO meter (tester) harus bergerak, jika tidak bergerak maka berarti transistor telah rusak.

Test 2, posisi tester dibalik (lihat gambar di atas), yaitu basis (b) diberi tuas tester hitam dan emitor diberi tuas tester merah.  Dan basis (b) diberi tuas tester hitam dan kolektor (c) diberi tuas tester merah.
Pada dua pengecekan ini jarum AVO meter tidak boleh bergerak, jika bergerak berarti transistor telah rusak.

Test 3, kolektor diberi tuas tester merah dan emitor diberi tuas tester hitam.  Lalu kolektor diberi tuas tester hitam dan emitor diberi tuas tester merah.
Pada dua pengecekan ini jarum AVO meter tidak boleh bergerak, jika ada yang bergerak berarti transistor telah rusak.

Dari pengetesan-pengetesan itu didapatkan tabel kesimpulan sebagai berikut :



Dalam kasus-kasus tertentu, hasil pengecekan trasnsistor adakalanya agak melenceng dari kriteria yang telah dikemukakan di atas.
Contohnya adalah ketika melakukan pengecekan transistor PNP germanium produk lama (misalnya : A101,B56,AC128,AD162,dll.) dengan selektor AVO meter pada Ohm X1k atau X10k. Posisi tuas hitam pada basis dan tuas merah pada emitor atau kolektor tetap menghasilkan gerakan jarum tester meskipun tidak banyak.   Ini bukanlah pertanda transistor yang rusak, akan tetapi ini adalah hal yang wajar pada transistor-transistor germanium.  Karena itu lebih baik melakukan pengecekan dengan AVO meter pada skala Ohm X1.

Berikutnya, Pengetesan transistor NPN dalam : Men-check Transistor Yang Masih Baik Atau Yang Sudah Rusak (2)

Sumber: Sandi sb

transistor bipolar

Tansistor adalah bagian dari semikonduktor dalam part elektronik di mana “transist” arus dan tegangan untuk kemudian berubah bentuk atau besaran-besarannya dalam daya tertentu.  Transistor menjadi komponen aktif yang utama di semua rangkaian elektronik.
Transistor umumnya dibuat dari bahan silikon dan sebagian (terutama transistor-transistor type lama) dibuat dari bahan germanium.  Transistor dalam rangkaian elektronik berfungsi antara lain sebagai penguat (amplifier), oscillator, converter tegangan DC, loading-driver (pengemudi beban), phase-shifter (perubah fasa), dan lain-lain.
Transistor bipolar adalah transistor yang paling banyak dan umum digunakan dalam berbagai rangkaian elektronik. Ada dua jenis transistor bipolar : NPN dan PNP. Transistor bipolar mempunyai tiga kaki elektroda : basis (b), emittor (e), dan collector (c).



Pada transistor NPN, kolektor (c) diberi potential positif (+) terhadap emitor (tegangan c-e atau Vce). Contoh : jika kolektor +6V (dari ground/ 0V), maka tegangan emitor harus kurang dari itu (terhadap ground), bisa 5V, 3V, 1V atau 0V.  Dengan demikian kolektor harus lebih positif terhadap emitor.
Basis (b) diberi tegangan bias positif dan akan tetap tegangan pada basis ini terhadap emitor (tegangan b-e atau Vbe), yaitu sekitar +0,6V pada transistor silikon dan sekitar +0,2V pada transistor germanium.

Pada transistor PNP, kolektor diberi potential negatif (-) terhadap emitor.  Basis diberi tegangan bias negatif dan akan tetap tegangan pada basis ini terhadap emitor (Vbe), yaitu sekitar -0,6V pada transistor silikon dan sekitar -0,2V pada transistor germanium.

Nama-nama type transistor
Transistor Amerika ditandai dengan angka dan huruf 2N di depannya.  Contoh : 2N3569, 2N3055.
Angka depan (yaitu angka 2) berarti bahwa itu adalah transistor.  Huruf N berarti “No-heating” (tanpa elemen pemanas) yang berarti bukan bagian dari tabung vakum yang selalu memerlukan elemen pemanas (heater).  Angka-angka selanjutnya adalah nomor seri type transistor.
Dalam perkembangannya ada pabrik Amerika yang menamakan type transistor produksinya secara tersendiri, tanpa ada huruf di depan dan hanya angka-angka.  Contoh : 40391, 40595, 40998.
Pabrik lainnya menamakan type produksinya dengan penamaan tersendiri juga, contoh : TIP31A, TIP41, SX4058, MJ2955, MJE13007, MPSA42, FCS9012.

Transistor Jepang ditandai dengan inisial 2S...di depannya.  Contoh : 2SA101, 2SB78, 2SC458, 2SD313, 2SK152, 2SJ60.
Angka depan (yaitu angka 2) berarti bahwa itu adalah transistor.   Huruf S berarti “semiconductor” dan huruf selanjutnya menggambarkan fungsi transistor :
A berarti PNP frekwensi tinggi, B berarti PNP frekwensi rendah, C berarti NPN frekwensi tinggi, D berarti transistor daya NPN, K berarti transistor FET kanal P, dan J berarti transistor FET kanal N.
Angka-angka selanjutnya adalah nomor seri type transistor.  Dalam praktek nama type transistor Jepang sering disebutkan secara singkat, seperti type 2SA671 disebutkan A671 saja, type 2SB507 disebutkan B507 saja, 2SC458 disebutkan C458, dan seterusnya.
Kemudahan dari transistor Jepang adalah bisa langsung diketahui jenisnya, NPN atau PNP dengan melihat nama type transistor tersebut.

Transistor Eropa ditandai dengan dua huruf di depannya. Contoh : AC128, AD161, BC547, BF121, BD139.
Huruf pertama berarti bahan pembuatannya : A berarti germanium, B berarti silikon.
Huruf kedua berarti fungsinya : C adalah transistor umum (general purpose) & frekwensi rendah, D adalah transistor daya, F adalah transistor frekwensi tinggi.
Angka-angka selanjutnya adalah nomor seri type transistor.
Dalam perkembangannya ada penambahan untuk huruf kedua yaitu huruf L, S, dan U, dan huruf ketiga, yaitu huruf Q, R, T, V, W, X, dan Y yang kesemuanya menunjukkan transistor untuk fungsi tertentu yang telah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya.  Contoh : BCX32, BDX37, BFR87, BFY52, BLX95, BLY90, BSX87A, BU407, BUT11A, BUY70A, BUX16A, dan lain-lain.  Beberapa pabrik Eropa kemudian juga memproduksi transistor-transistor dengan penamaan tersendiri, contoh : NKT10419, DT4643, ZTX314, SE4010, ED1402.

Dari semua nama-nama transistor tersebut (Amerika, Jepang, Eropa) pada masa-masa belakangan tidak lagi menunjukkan asal negeri pembuatnya.  Contoh : Transistor 2N3055 juga diproduksi oleh pabrik Jepang Toshiba dan China pun memproduksi juga type transistor ini.  Transistor TIP31, TIP41 banyak diproduksi pabrik Eropa dan Korea pun memproduksi type transistor ini.  Dan pabrik semikonduktor Amerika, RCA dan Texas-Instrument banyak memproduksi type-type transistor Eropa.

Besaran-besaran/parameter dalam karakteristik transistor
Setiap transistor mempunyai karakteristik tersendiri dan dibuat dengan ketentuan-ketentuan tertentu dari pabrik pembuatnya.  Berikut adalah besaran-besaran yang ada dalam karakteristik setiap transistor :

Pd max. (Power dissipation, maximal) adalah ketentuan disipasi daya maximal. Daya yang dibebankan kepada transistor harus berada di bawah angka ketentuan ini.

fT adalah batasan frekwensi-guling. Pada frekwensi ini transistor tidak lagi bekerja dengan baik (pada rangkaian common-emittor).

VCBO adalah batas tegangan tertinggi kolektor-basis (emitor dalam keadaan terbuka/tidak tersambung).

VCEO adalah batas tegangan tertinggi kolektor-emitor (basis dalam keadaan terbuka)

VEBO adalah batas tegangan terbalik tertinggi basis- emitor (kolektor dalam keadaan terbuka).

Ic adalah arus kontinyu tertinggi yang mengalir pada kolektor.

ICBO adalah arus bocoran yang mengalir ketika kolektor-basis berada pada tegangan tertentu (emitor dalam keadaan terbuka).

hfe adalah faktor penguatan arus untuk sinyal AC kecil (pada rangkaian common-emittor).

hFE adalah faktor penguatan arus DC atau sinyal arus besar (pada rangkaian common-emittor). Nilai hFE ini berdekatan dengan nilai hfe, karenanya seringkali dianggap sama.

Besaran-besaran dalam karakteristik transistor ini bisa diketahui dari data pabrik pembuat transistor, atau dalam buku-buku data transistor.

Susunan kaki-kaki elektroda transistor
Adalah menjadi hal yang sangat penting bagi setiap praktisi elektronik dalam mengetahui susunan kaki elektroda transistor, dikarenakan kesalahan dalam meletakkan kaki transistor bisa berakibat tidak berfungsinya transistor bahkan terancam kerusakan.  Untuk transistor-transistor low-signal atau low-power transistor, ada beberapa pola susunan kaki elektroda :



Gambar (A) untuk semua transistor Jepang seperti A733, A1015, C458, C828, C930, C945, C1815, D741 dan lain-lain.
Gambar (B) untuk transistor-transistor Amerika seperti : 2N2222, 2N3904, FCS9011...9018, MPS3569, MPS4355, MPSA42, MPSA92 dan lain-lain.
Gambar (C) untuk transistor-transistor Eropa seperti : BC237, BC337, BC547, BC548, BC549, BC556, BC557, BC558, BC559 dan lain-lain.

Dan susunan kaki-kaki elektroda yang lain
Gambar (D) untuk semua transistor germanium terdahulu, seperti : A101, B56, AC128, OC65, 2N207, dan lain-lain.
Gambar (E) untuk type-type seperti : ED1402, SE4010, dan lain-lain.
Gambar (F) untuk type seperti : C5070 atau yang berbentuk fisik sedemikian.
Gambar (G) untuk type-type : A1027, C458, C1213 (produksi lama) atau yang berbentuk fisik sedemikian.

Untuk transistor-transistor daya menengah, tidak ada perbedaan di antara transistor Amerika, Jepang, atau Eropa
Gambar (H) untuk semua yang berbentuk fisik sedemikian, seperti : A715, C1162, BD139, BD140, MJE13003, dan lain-lain.
Gambar (I) untuk semua yang berbentuk fisik sedemikian, seperti : A671, B507, C1061, C2073, D313, BU407, TIP31, TIP41, MJE13007, dan lain-lain.
Untuk transistor-transistor daya besar, tidak ada perbedaan di antara transistor Amerika, Jepang, atau Eropa
Gambar (J), (K), (L) di atas untuk semua yang berbentuk fisik sedemikian, seperti : A1105, A1264, B688, C2580, C3181, D718, BU508, TIP2955, TIP3055, dan lain-lain.
Gambar (M) di atas untuk semua yang berbentuk fisik sedemikian, seperti : 2N3055, MJ2955, D1080, BU208, dan lain-lain.

Sumber: Sandi sb